Nah Loh! Biden Minta Trump Didepak dari Briefing Intelijen AS

2021/02/06 18:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik antara Presiden AS JoeÂBiden dan juga eks Presiden AS Donald...

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik antara Presiden AS JoeÂBiden dan juga eks Presiden AS Donald Trump ternyata masih terus berlanjut setelah BidenÂdisahkan menjadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam pada 20 Januari lalu.

Kepada CBSÂNews, Joe Biden mengatakan pada Jumat kemarin (5/2) bahwa "perilaku yang tidak menentu" dari Trump ini mestinya membuat Trump harusnya tak perlu lagi menerima briefing alias pengarahan intelijen rahasia, yang secara historis diberikan kepada para mantan presiden AS.

Biden menganggap, apabila izin briefing intelijen negara terus diberikan kepada Trump, dia khawatirÂnantinyaÂitu akan lebih memudahkan musuh-musuh AS dalam menerima informasi yang seharusnya hanya boleh diketahui oleh segelintir orang saja, karena menyangkut keamanan AS.


"Saya hanya berpikir bahwa dia tidak perlu mendapat pengarahan intelijen." kata Biden.

"Nilai apa yang memberinya briefing intelijen? Apa dampak yang dia miliki, selain fakta bahwa dia mungkin terpeleset [omongan] dan mengatakan sesuatu?" tanya Biden.

Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan awal pekan ini bahwa masalah pemberian briefing intelijen kepada Trump adalah "sesuatu yang sedang ditinjau."

Bukan hanya Biden yang khawatir dengan kondisi ini, ternyata beberapa anggota parlemen dari Partai Demokrat, dan bahkan beberapa mantan pejabat pemerintahan Trump, juga telah mempertanyakan terkait apa perlunya mengizinkan Trump untuk terus diberi pengarahan intelijen.

Apalagi, ditambah dengan kejadian saat massa Trump juga pernah menyerang gedung Capitol AS pada bulan Januari lalu.

Susan Gordon, yang menjabat sebagai wakil direktur utama intelijen nasional selama pemerintahan Trump dari 2017 hingga 2019, dalam opininya di Washington Post bulan lalu mendesak Biden untuk menghentikan Trump.

"Setiap mantan presiden AS menurut definisi adalah target dan menghadirkan beberapa risiko. Tapi mantan presiden Trump, bahkan sebelum peristiwa minggu lalu [penyerbuan Capitol], mungkin sangat rentan terhadap aktor jahat dengan niat buruk."


[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)

Berita dengan kategori